Rabu, 07 November 2012


UJIAN TENGAH SEMESTER
DASAR-DASAR TEKNOLOGI PENDIDIKAN
Nama              :           Yeni Raini
NIM                :           06122503059
Kelas               :           Jum’at/Sabtu


Soal :
Petunjuk :
Jawablah beberapa pertanyaan di bawah ini dengan tepat, jelas dan benar
Soal-soal :
1.  Teknologi pendidikan  di landasi oleh falsafah dan teori . Coba anda jelaskan bila anda memandang teknologi pendidikan dari sudut ontology (apa) ? Epistimology (bagaimana) ? Dan aksiologi (untuk apa) ? (skor maksimal 30)
Jawab :
Filsafat dalam pendidikan merupakan teori umum dari pendidikan, landasan dari semua pemikiran mengenai pendidikan, atau dapat dikatakan sebagai teori yang dipakai dasar bagaimana ‘pendidikan itu dilaksanakan” sehingga mencapai tujuan (Dewey, 1946: 383). Dewasa ini, salah satu bagian penting dalam pelaksanaan pendidikan agar supaya mencapai tujuan, yaitu penerapan Teknologi Pendidikan dalam proses pembelajaran. Sistem pemikiran filsafat mengantarkan dalam pembahasan Teknologi Pendidikan tidak hanya berpandangan yang bersifat positivistik, tetapi juga memerlukan paradigma pascapositivistik. Berarti landasan filosofis sangat diperlukan dan menjadi penting dalam menjelaskan secara teori dan paktik masalah-masalah teknologi pendidikan.
Landasan berfikir dalam bidang teknologi pendidikan (education technologi) atau teknologi pembelajaran (instructional technologi) yang menjadikan bidang garapan baru menjadi bidang ilmu atau menjadi disiplin ilmu yang baru adalah rangkaian dalil yang dijadikan sebagai pembenar. Dasar falsafi dasar keilmuan tersebut ada 3 jenis yaitu : ontology, epistemology dan aksiologi. Ketiga hal di atas dapat dicapai melalui pendekatan yang memenuhi 4 persyaratan: pendekatan isometric, pendekatan sistematik, pendekatan sinergistik dan pendekatan sistemik.
Dengan demikian diharapkan falsafah teknologi pendidikan bertujuan agar setiap orang dapat memperoleh kesempatan belajar, baik sendiri maupun secara organisasi, dan optimal melalui pendekatan yang ada di atas sehingga sumber belajar dapat dirancang sedemikian rupa sehingga menjadi efesien, efektif dan selaras dengan perkembangan masyarakat dan lingkungan, ke arah terbentuknya masyarakat belajar.

Teknologi Pendidikan dari Sudut Pandang Landasan Falsafah
A.     Ontologi (Apa)
Ontologi merupakan azas dalam menetapkan ruang lingkup wujud yang menjadi objek penelaahan, serta penafsiran tentang hakikat realitas dari objek tersebut, dimana menjelaskan bidang kajian ilmu itu apa, jika teknologi pendidikan sebagai ilmu maka bidang kajiannya itu apa. Obyek filsafat ialah segala sesuatu, meliputi kesemestaan. Scope filsafat yang amat luas dan tak terbatas obyeknya itu, perlu adanya pembidangan untuk intensifikasi penyelidikan. Pembidangan atau sistematika filsafat yang pertama adalah Ontologi. 
Ontologi kadang-kadang disamakan dengan metafisika. Metafisika ini disebut juga sebagai prote-filosifia atau filsafat pertama. Sebelum manusia menyelidiki yang lain, manusia berusaha mengerti hakekat sesuatu. Manusia dalam antar aksinya dengan semesta raya, melahirkan pertanyaan-pertanyaan filosofis. Apakah sesungguhnya hakekat realita yang ada ini. Apakah realita yang menampak ini suatu realita materi saja. Ataukah ada sesuatu di balik realita itu, suatu “rahasia” alam. Apakah wujud semesta ini bersifat tetap, kekal tanpa perubahan. Ataukah hakekat semesta ini adalah perubahan semata-mata. Apakah realita ini terbentuk atas satu unsure (monisme); atau dua unsur (dualisme). Ataukah lebih dari dua unsur, yakni serba banyak (pluralisme).
Pertanyaan-pertanyaan di atas adalah pertanyaan metafisis atau ontologism. Sesuatu realita sebagai suatu perwujudan menampakkan diri sebagai satu “tubuh”, satu eksistensi. Sesuatu itu mendukung satu perwujudan, yakni keseluruhan sifatnya; dan yang utama dari perwujudan itu adalah eksistensinya. Wujud atau adanya sesuatu adalah primer, sedang sifat-sifat yang lain adalah sekunder. Berarti eksistensi suatu realita adalah fundamental, sedang sifat-sifat yang lain adalah sesuatu yang accidental, atau suatu atribut saja. Ontologi bertolak atas penyelidikan tentang hakekat ada (existence and being). Pandangan ontologi ini secara praktis akan menjadi masalah utama di dalam pendidikan. Sebab, siswa (peserta didik) bergaul dengan dunia lingkungan dan mempunyai dorongan yang kuat untuk mengerti sesuatu. Oleh karena itu teknologi pendidikan dalam posisi ini sebagai bagian pengembangan untuk memudahkan hubungan siswa atau peserta didik dengan dunia lingkungannya. Peserta didik, baik di masyarakat atau di sekolah selalu menghadapi realita dan obyek pengalaman.
Melalui realita (ontologi), peserta didik secara sistematis dibina potensi berpikir kritis untuk mengerti kebenaran.Implikasi pandangan ontology di dalam pendidikan ialah bahwa dunia pengalaman manusia yang harus memperkaya kepribadian bukanlah hanya alam raya dan isisnya dalam arti sebagai pengalaman sehari-hari; melainkan sebagai suatu yang tak terbatas, realitas fisik, spiritual, yang tetap dan yang berubah-ubah (dinamis).
Dari perspektif ontologi diatas maka muncul masalah baru dalam Teknologi Pembelajaran yaitu:
1.      Adanya berbagai macam sumber untuk belajar termasuk orang (penulis buku, prodoser media dan sebagainya) pesan (yang tertulis dalam buku atau tersaji lewat media), media (buku, program televisi, radio, dan sebagainya), alat (jaringan televisi, radio), cara-cara tertentu dalam mengolah/menyajikan pesan, serta lingkungan dimana proses pendidikan itu berlangsung
2.      Perlunya sumber-sumber tersebut dikembangkan, baik seccara konseptual maupun secara faktual.
3.      Perlu dikelolanya kegiatan pengembangan, maupun sumber-sumber untuk belajar itu agar dapat digunakan seoptimal mungkin guna keperluan belajar.
Ketiga poin diatas itulah yang merupakan ruang lingkup wujud obyek penelaahan (ontology) Teknologi Pembelajaran. Suatu obyek yang bukan merupakan lingkup bidang pengetahuan lain.
B.     Epistemologi (Bagaimana)
Epistemologi merupakan azas mengenai cara bagaimana materi pengetahuan diperoleh dan disusun menjadi suatu tubuh pengetahuan, dimana dibutuhkan suatu pendekatan yang digunakan dalam suatu ilmu. Epistomologi atau Teori Pengetahuan berhubungan dengan hakikat dari ilmu pengetahuan, pengandaian-pengandaian, dasar-dasarnya serta pertanggung jawaban atas pernyataan mengenai pengetahuan yang dimiliki oleh setiap manusia. Pengetahuan tersebut diperoleh manusia melalui akal dan panca indera dengan berbagai metode, diantaranya; metode induktif, metode deduktif, metode positivisme, metode kontemplatis dan metode dialektis.  Sedemikian luas dan jauh, dunia pendidikan dianggap sebagai proses penyerahan kebudayaan pada umumnya, khususnya ilmu pengetahuan. Timbul pertanyaan, apakah sesungguhnya ilmu itu, dari mana sumber ilmu itu, bagaimana proses terjadinya dan sebagainya. Persoalan ini secara mendalam dibahas oleh epistemology. Epistemologi ialah suatu cabang filsafat yang membahas sumber, proses, syarat, batas, validitas, dan hakekat pengetahuan.
Dalam sebuah analisa mengenai filsafat, ilmu dan filsafat pendidikan dalam bukunya yang berjudul: Introduction to Philosophy of Education, Stella Van Petten Henderson (1964) mengemukakan, bahwa filsafat selalu berusaha untuk memahami segala sesuatu yang timbul dalam spectrum pengalaman manusia, dan berusaha untuk memperoleh pandangan yang luas (kompprehensif) mengenai alam, dan mampu memberikan penerangan yang universal mengenai hakekat benda-benda (segala sesuiatu). Pandangan epistemologi tentang pendidikan akan membahas banyak persoalan-persoalan pendidikan, seperti kurikulum, teori belajar, strategi pembelajaran, bahan atau sarana-prasarana yang mengantarkan terjadinya proses pendidikan, dan cara menentukan hasil pendidikan.
C.     Aksiologi (Untuk Apa)
Aksiologi merupakan azas dalam menggunakan pengetahuan yang telah diperoleh dan disusun dalam tubuh pengetahuan dengan menelaah tentang nilai guna, baik secara umum maupun secara khusus, baik secara kasad mata maupun secara abstrak. Aksiologi harus membatasi kenetralan tanpa batas terhadap ilmu pengetahuan, dalam arti bahwa kenetralan ilmu pengetahuan hanya sebatas metafisik keilmuan, sedangkan dalam penggunaannya haruslah berlandaskan pada nilai-nilai moral atau etika dan nilai seni dan keindahan atau estetika.
Berdasarkan pandangan tersebut diperlukan prisip tertentu apakah dianggap baik atau tidak isi dari pengetahuan tersebut, maka epistemologi memerlukan pandanghan aksiologi. Aksiologi (axiology), suatu bidang yang menyelidiki nilai-nilai (value). Brameld (1955) membedakan tiga bagian, yaitu:
1.      Moral conduct, tidak moral; bidang ini melahirkan disiplin khusus yakni etika.
2.      Esthetic expression, ekspresi keindahan, yang melahirkan estetika.
3.      Socio-political life, kehidupan sosio-politik; bidang ini melahirkan filsafat sosio-politik.
Nilai dan implikasi aksiologi didalam pendidikan di dalamnya teknologi pendidikan ialah “to examine and integrate these values as they enter into the lives of people through the chanels of the schools (Brameld, 1955: 33). Pendidikan menguji dan mengintegrasikan semua nilai tersebut di dalam kehidupan manusia dan membinanya di dalam kepribadian anak.

2.     Anda juga telah mengetahui 4 revolusi dalam dunia pendidikan. Menurut persepsi anda apakah dimungkinkan muncul revolusi ke-5 dengan kehadiran teknologi pendidikan dalam memecahkan masalah yang menyelimuti pengembangan dan pembangunan pendidikan di indonesia ? (skor maksimal 30)
Jawab :
Yang menjadi kajian dalam penelitian teknologi pendidikan menjadikan beberapa perkembangan dalam bidang pendidikan seperti yang diungkapkan oleh Ashby (1972,hlm 9-10) yaitu adanya revolusi dalam bidang pendidikan yaitu :
·         Revolusi I: Pada saat orang tua menyerahkan tanggung jawab pendidikan anak-anaknya kepada oran lain. Orang lain tersebut diserahi untuk melaksanakan pendidikan anak-anaknya. Sebelumnya orang-orang melaksanakan pendidikan anak-anaknya sendiri-sendiri atau mengajar anak-anak sendiri tidak memberikan kepada orang lain, hampir semua keluarga mendidik anak-anaknya dalam keluarga sendiri. Pendidikan yang dilakukan secara individual.
·         Revoluasi II : Ada suatu lembaga guru, jadi pada tahapan ini ada lembaga pendidikan formal. Tidak seperti sebelumnya belum ada lembaga resmi yang ada sehingga pendidikan dilaksakan orang per orang. Dalam lembaga ada aturan-aturan yang diberlakukan, contohnya untuk masuk SR usianya 6 tahun dan lain-lain. Dalam revoluasi ini guru dianggap sangat penting segala sesuatu dianggap diketahui oleh guru, dan guru dipandang memiliki pengetahuan yang lebih dari orang lain. Sehingga lembaga ini memiliki kedudukan yang tinggi di masyarakat.
·         Revolusi III : Disebabkan oleh ditemukannya mesin cetak, cetak secara manual dilakukan oleh Cina, dan cetak dengan menggunakan mesin cetak dilakukan oleh Eropa (Prancis). Dengan mesin cetak maka pengetahuan tidak hanya diperoleh dari guru tetapi dapat diperoleh dari hasil cetakan seperti: buku, majalah, koran dan lain-lain. Pada revolusi ke-3 ini peran guru sudah mengalami pengurangan. Revolusi ke-3 sampai dengan saat ini masih terjadi
·         Revolusi IV : Disebabkan oleh berkembangnya bidang elektronik sepeti telpon, tv, komputer, internet dimana guru tidak dapat lagi untuk mengontrolnya. Atau minimal peran guru berkurang, dan guru tidak dapat mengklaim dirinya sebagai.
 Teknologi pendidikan telah berkembang sebagai suatu disiplin keilmuan yang berdiri sendiri. Perkembangan tersebut dilandasi oleh serangkaian kaidah atau dasar yang dijadikan patokan pembenaran. Secara falsafi, dasar keilmuan itu meliputi : ontologi atau rumusan tentang obyek formal atau pokok telaah yang merupakan gejala pengamatan yang tidak tergarap oleh bidang telaah lain; epistemologi yaitu usaha atau prinsip intelektual untuk memperoleh kebenaran dalam pokok telaah yang ditentukan; dan aksiologi atau nilai-nilai yang menentukan kegunaan dari pokok telaah yang ditentukan, yang mempersoalkan nilai moral atau etika dan nilai seni dan keindahan atau estetika.
Menurut persepsi saya, sangat memungkinkan akan munculnya revolusi kelima , yaitu revolusi yang berkaitan dengan teknologi, komunikasi dan informasi, salah satu contohnya adalah internet. Internet saat ini menjadi salah satu kebutuhan penting dalam dunia pendidikan. Internet dapat menggantikan posisi guru, dapat sebagai sumber belajar dan lain-lain unsur dalam pendidikan. Bahkan Internet memiliki kelebihan yaitu tak terbatas jarak dan waktu. 

3.  Dalam teknologi pendidikan/teknologi pembelajaran menurut seattler yang mengacu pada pendapat thorndike, ada beberapa prinsip pembelajaran (1) aktivitas diri, (2) minat/motivasi (3) kesiapan mental (4) individualisasi & (5) sosialisasi. Bagaimana pendapat anda tentang penerapannya dengan menghadirkan produk teknologi dalam pembelajaran bagi peserta didik? (skor maksimal 30)
Jawab :
Saettler (1968,h.10-14) berpendapat bahwa awal mula penggarapan masalah belajar adalah kaum Sufi pada sekitar abad 600 SM. Mereka merupakan penjaja ilmu pengetahuan yang mengajarkan ilmunya kepada para peserta-didik dengan berbagai cara, seperti misalnya dengan cara dialektik, dialogik, ceramah, dan penggunaan bahasa tubuh (body language) seperti gerakan wajah, gerakan tangan dsb., dengan maksud agar menarik perhatian dan agar ilmunya dapat ditransfer dengan baik.
Istilah pembelajaran lebih menggambarkan usaha guru untuk membuat belajar para siswanya. Kegiatan pembelajaran tidak akan berarti jika tidak menghasilkan kegiatan belajar pada para siswanya. Kegiatan belajar hanya bisa berhasil jika si belajar secara aktif mengalami sendiri proses belajar. Seorang siswa belum dapat dikatakan telah belajar hanya karena ia sedang berada dalam satu ruangan dengan guru yang sedang mengajar. Ada satu syarat mutlak yang harus dipenuhi agar terjadi kegiatan belajar. Syarat itu adalah adanya interaksi antara pebelajar (learner) dengan sumber belajar. Jadi, belajar hanya terjadi jika dan hanya jika terjadi interaksi antara pebelajar dengan sumber belajar. Tanpa terpenuhi syarat itu, mustahil kegiatan belajar akan terjadi. Untuk menerapkan prinsip tersebut dengan menghadirkan produk teknologi dalam pembelajaran bagi peserta didik yang pertama kali dilakukan adalah menjelaskan tujuan dari teknologi yang digunakan tersebut kepada peserta didik serta manfaat dari teknologi tersebut didalam pembelajaran yang berlangsung.
Dengan memberikan aktivitas kepada siswa baik itu secara berkelompok maupun individual, siswa diharapkan aktif dalam memanfaatkan teknologi yang telah ada. Sehingga tercipta suatu persaingan antara siswa yang satu dengan yang lain. Guru hadir sebagai pemandu dan pemegang kontrol jalannya pembelajaran di dalam kelas. Kemudian guru memotivasi siswa dengan memberikan reward kepada siswa yang memiliki prestasi yang baik dalam pemanfaatan teknologi tersebut. Guru juga bisa mempersiapkan jalannya pembelajaran di dalam kelas dengan menugaskan kepada siswa untuk mengaktualisasi diri dengan menggunakan bantuan teknologi yang ada terhadap topik pembelajaran tertentu dan guru bisa menerapkan kepada siswa dengan siswa yang memaparkan hasil, menjelaskan, memanfaatkan teknologi yang ada. Dimana semua proses yang berlangsung kesemuanya hanya untuk mencapai tujuan dari pembelajaran. Sehingga dapat dilakukan penilaian serta evaluasi.

4.      Suatu statement diungkapkan bahwa “makin sering diulang respons yang berasal dari stimulus tertentu, makin besar kemungkinan dicamkan “ hal ini merupakan prinsif dasar pembelajaran berbasis teknologi pendidikan. Bagaimana pendapat anda ? (skor maksimal 20)
Jawab :
Saya sependapat dengan kutipan diatas bahwa makin sering diulang respons yang berasal dari stimulus tertentu, maka makin besar kemungkinan dicamkan. Yang menjadi tantangan di sini adalah bagaimana caranya agar siswa tidak hanya sekedar mendapatkan teori tentang teknologi informasi dan komunikasi khususnya di dalam pemakaian komputer tetapi mampu mengoperasikan, mengelola, memanfaatkan, menggunakan, mencetak dokumen dengan menggunakan yang namanya printer. Pengalaman saya dahulu sebagai siswa ketika diberikan stimulus oleh guru dalam hal ini guru melatih kami sebagai peserta didik dengan mengenalkan produk teknologi yang namanya mouse, keyboard, monitor, printer, kemudian memberikan sebuah tugas mengetik satu sampai mengetik dua paragraph, lama kelamaan saya terbiasa dalam mengoperasikan, mengelola dan memanfaatkan yang namanya komputer. Dan sebagai hasil akhir diberikan test secara praktek maupun tertulis dari yang sudah diajarkan guru. Alhasil hasil yang semula rendah menjadi sedikit meningkat. Hal yang sama kemudian saya dapatkan pada tahun kedua (semester genap) latihan mengenai teknologi pun meningkat. Kami sebagai siswa mulai merasa butuh akan kehadiran sesuatu hal yang baru dalam hal ini pemanfaatan komputer di dalam pembelajaran. Dan makin meningkatkan hasil evaluasi mereka pada akhir semester genap pertama.

Tidak hanya itu untuk mata pelajaran lain, misalnya ilmu IPA latihan soal adalah hal mutlak yang harus sering dilakukan siswa untuk memahami pelajaran. Agar siswa terbiasa untuk melakukan latihan soal dengan mandiri, maka setiap akhir pemberian materi pelajaran, guru mestinya mewajibkan siswa untuk mencari soal yang berkaitan dengan materi pelajaran untuk dibahas dan didiskusikan bersama, setiap siswa minimal mencari 3 soal berbeda dengan mencantumkan sumber buku atau link dari soal tersebut. Setelah kegiatan tersebut sering dilakukan, maka siswa terbiasa untuk mencari buku referensi sebagai sumber belajar. 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar