UJIAN TENGAH SEMESTER
DASAR-DASAR TEKNOLOGI PENDIDIKAN
Nama : Yeni
Raini
NIM : 06122503059
Kelas : Jum’at/Sabtu
Soal :
Petunjuk :
Jawablah
beberapa pertanyaan di bawah ini dengan tepat, jelas dan benar
Soal-soal :
1. Teknologi pendidikan
di landasi oleh falsafah dan teori . Coba anda jelaskan bila anda
memandang teknologi pendidikan dari sudut ontology (apa) ? Epistimology
(bagaimana) ? Dan aksiologi (untuk apa) ? (skor maksimal 30)
Jawab :
Filsafat
dalam pendidikan merupakan teori umum dari pendidikan, landasan dari semua
pemikiran mengenai pendidikan, atau dapat dikatakan sebagai teori yang dipakai
dasar bagaimana ‘pendidikan itu dilaksanakan” sehingga mencapai tujuan (Dewey,
1946: 383). Dewasa ini, salah satu bagian penting dalam pelaksanaan pendidikan
agar supaya mencapai tujuan, yaitu penerapan Teknologi Pendidikan dalam proses
pembelajaran. Sistem pemikiran filsafat mengantarkan dalam pembahasan Teknologi
Pendidikan tidak hanya berpandangan yang bersifat positivistik, tetapi juga
memerlukan paradigma pascapositivistik. Berarti landasan filosofis sangat
diperlukan dan menjadi penting dalam menjelaskan secara teori dan paktik
masalah-masalah teknologi pendidikan.
Landasan
berfikir dalam bidang teknologi pendidikan (education technologi) atau
teknologi pembelajaran (instructional technologi) yang menjadikan bidang
garapan baru menjadi bidang ilmu atau menjadi disiplin ilmu yang baru adalah
rangkaian dalil yang dijadikan sebagai pembenar. Dasar falsafi dasar keilmuan
tersebut ada 3 jenis yaitu : ontology, epistemology dan aksiologi. Ketiga hal
di atas dapat dicapai melalui pendekatan yang memenuhi 4 persyaratan:
pendekatan isometric, pendekatan sistematik, pendekatan sinergistik dan
pendekatan sistemik.
Dengan demikian diharapkan falsafah teknologi
pendidikan bertujuan agar setiap orang dapat memperoleh kesempatan belajar,
baik sendiri maupun secara organisasi, dan optimal melalui pendekatan yang ada
di atas sehingga sumber belajar dapat dirancang sedemikian rupa sehingga
menjadi efesien, efektif dan selaras dengan perkembangan masyarakat dan
lingkungan, ke arah terbentuknya masyarakat belajar.
Teknologi Pendidikan dari Sudut Pandang Landasan
Falsafah
A.
Ontologi (Apa)
Ontologi
merupakan azas dalam menetapkan ruang lingkup wujud yang menjadi objek
penelaahan, serta penafsiran tentang hakikat realitas dari objek tersebut,
dimana menjelaskan bidang kajian ilmu itu apa, jika teknologi pendidikan
sebagai ilmu maka bidang kajiannya itu apa. Obyek filsafat ialah segala
sesuatu, meliputi kesemestaan. Scope filsafat yang amat luas dan tak terbatas
obyeknya itu, perlu adanya pembidangan untuk intensifikasi penyelidikan.
Pembidangan atau sistematika filsafat yang pertama adalah Ontologi.
Ontologi
kadang-kadang disamakan dengan metafisika. Metafisika ini disebut juga sebagai
prote-filosifia atau filsafat pertama. Sebelum manusia menyelidiki yang lain,
manusia berusaha mengerti hakekat sesuatu. Manusia dalam antar aksinya dengan
semesta raya, melahirkan pertanyaan-pertanyaan filosofis. Apakah sesungguhnya
hakekat realita yang ada ini. Apakah realita yang menampak ini suatu realita
materi saja. Ataukah ada sesuatu di balik realita itu, suatu “rahasia” alam.
Apakah wujud semesta ini bersifat tetap, kekal tanpa perubahan. Ataukah hakekat
semesta ini adalah perubahan semata-mata. Apakah realita ini terbentuk atas
satu unsure (monisme); atau dua unsur (dualisme). Ataukah lebih dari dua unsur,
yakni serba banyak (pluralisme).
Pertanyaan-pertanyaan
di atas adalah pertanyaan metafisis atau ontologism. Sesuatu realita sebagai
suatu perwujudan menampakkan diri sebagai satu “tubuh”, satu eksistensi.
Sesuatu itu mendukung satu perwujudan, yakni keseluruhan sifatnya; dan yang
utama dari perwujudan itu adalah eksistensinya. Wujud atau adanya sesuatu
adalah primer, sedang sifat-sifat yang lain adalah sekunder. Berarti eksistensi
suatu realita adalah fundamental, sedang sifat-sifat yang lain adalah sesuatu
yang accidental, atau suatu atribut saja. Ontologi bertolak atas penyelidikan tentang
hakekat ada (existence and being). Pandangan ontologi ini secara praktis akan
menjadi masalah utama di dalam pendidikan. Sebab, siswa (peserta didik) bergaul
dengan dunia lingkungan dan mempunyai dorongan yang kuat untuk mengerti
sesuatu. Oleh karena itu teknologi pendidikan dalam posisi ini sebagai bagian
pengembangan untuk memudahkan hubungan siswa atau peserta didik dengan dunia
lingkungannya. Peserta didik, baik di masyarakat atau di sekolah selalu
menghadapi realita dan obyek pengalaman.
Melalui
realita (ontologi), peserta didik secara sistematis dibina potensi berpikir
kritis untuk mengerti kebenaran.Implikasi pandangan ontology di dalam
pendidikan ialah bahwa dunia pengalaman manusia yang harus memperkaya kepribadian
bukanlah hanya alam raya dan isisnya dalam arti sebagai pengalaman sehari-hari;
melainkan sebagai suatu yang tak terbatas, realitas fisik, spiritual, yang
tetap dan yang berubah-ubah (dinamis).
Dari perspektif
ontologi diatas maka muncul masalah baru dalam Teknologi Pembelajaran yaitu:
1.
Adanya berbagai
macam sumber untuk belajar termasuk orang (penulis buku, prodoser media dan
sebagainya) pesan (yang tertulis dalam buku atau tersaji lewat media), media
(buku, program televisi, radio, dan sebagainya), alat (jaringan televisi,
radio), cara-cara tertentu dalam mengolah/menyajikan pesan, serta lingkungan
dimana proses pendidikan itu berlangsung
2.
Perlunya
sumber-sumber tersebut dikembangkan, baik seccara konseptual maupun secara
faktual.
3.
Perlu
dikelolanya kegiatan pengembangan, maupun sumber-sumber untuk belajar itu agar
dapat digunakan seoptimal mungkin guna keperluan belajar.
Ketiga poin diatas itulah yang merupakan ruang
lingkup wujud obyek penelaahan (ontology) Teknologi Pembelajaran. Suatu obyek
yang bukan merupakan lingkup bidang pengetahuan lain.
B.
Epistemologi (Bagaimana)
Epistemologi
merupakan azas mengenai cara bagaimana materi pengetahuan diperoleh dan disusun
menjadi suatu tubuh pengetahuan, dimana dibutuhkan suatu pendekatan yang
digunakan dalam suatu ilmu. Epistomologi atau Teori Pengetahuan berhubungan
dengan hakikat dari ilmu pengetahuan, pengandaian-pengandaian, dasar-dasarnya
serta pertanggung jawaban atas pernyataan mengenai pengetahuan yang dimiliki
oleh setiap manusia. Pengetahuan tersebut diperoleh manusia melalui akal dan
panca indera dengan berbagai metode, diantaranya; metode induktif, metode deduktif,
metode positivisme, metode kontemplatis dan metode dialektis. Sedemikian luas dan jauh, dunia pendidikan
dianggap sebagai proses penyerahan kebudayaan pada umumnya, khususnya ilmu
pengetahuan. Timbul pertanyaan, apakah sesungguhnya ilmu itu, dari mana sumber
ilmu itu, bagaimana proses terjadinya dan sebagainya. Persoalan ini secara
mendalam dibahas oleh epistemology. Epistemologi ialah suatu cabang filsafat
yang membahas sumber, proses, syarat, batas, validitas, dan hakekat
pengetahuan.
Dalam sebuah analisa mengenai filsafat, ilmu dan
filsafat pendidikan dalam bukunya yang berjudul: Introduction to Philosophy of Education, Stella Van Petten Henderson
(1964) mengemukakan, bahwa filsafat selalu berusaha untuk memahami segala
sesuatu yang timbul dalam spectrum pengalaman manusia, dan berusaha untuk
memperoleh pandangan yang luas (kompprehensif) mengenai alam, dan mampu
memberikan penerangan yang universal mengenai hakekat benda-benda (segala
sesuiatu). Pandangan epistemologi tentang pendidikan akan membahas banyak
persoalan-persoalan pendidikan, seperti kurikulum, teori belajar, strategi
pembelajaran, bahan atau sarana-prasarana yang mengantarkan terjadinya proses
pendidikan, dan cara menentukan hasil pendidikan.
C.
Aksiologi (Untuk Apa)
Aksiologi
merupakan azas dalam menggunakan pengetahuan yang telah diperoleh dan disusun
dalam tubuh pengetahuan dengan menelaah tentang nilai guna, baik secara umum
maupun secara khusus, baik secara kasad mata maupun secara abstrak. Aksiologi
harus membatasi kenetralan tanpa batas terhadap ilmu pengetahuan, dalam arti
bahwa kenetralan ilmu pengetahuan hanya sebatas metafisik keilmuan, sedangkan
dalam penggunaannya haruslah berlandaskan pada nilai-nilai moral atau etika dan
nilai seni dan keindahan atau estetika.
Berdasarkan
pandangan tersebut diperlukan prisip tertentu apakah dianggap baik atau tidak
isi dari pengetahuan tersebut, maka epistemologi memerlukan pandanghan
aksiologi. Aksiologi (axiology),
suatu bidang yang menyelidiki nilai-nilai (value).
Brameld (1955) membedakan tiga bagian, yaitu:
1. Moral conduct, tidak moral; bidang ini melahirkan disiplin khusus
yakni etika.
2. Esthetic
expression, ekspresi keindahan,
yang melahirkan estetika.
3. Socio-political
life, kehidupan
sosio-politik; bidang ini melahirkan filsafat sosio-politik.
Nilai dan implikasi aksiologi didalam pendidikan di
dalamnya teknologi pendidikan ialah “to
examine and integrate these values as they enter into the lives of people
through the chanels of the schools (Brameld, 1955: 33). Pendidikan menguji
dan mengintegrasikan semua nilai tersebut di dalam kehidupan manusia dan
membinanya di dalam kepribadian anak.
2. Anda juga telah mengetahui 4 revolusi dalam dunia
pendidikan. Menurut persepsi anda apakah dimungkinkan muncul revolusi ke-5
dengan kehadiran teknologi pendidikan dalam memecahkan masalah yang menyelimuti
pengembangan dan pembangunan pendidikan di indonesia ? (skor maksimal 30)
Jawab :
Yang menjadi
kajian dalam penelitian teknologi pendidikan menjadikan beberapa perkembangan
dalam bidang pendidikan seperti yang diungkapkan oleh Ashby (1972,hlm 9-10) yaitu
adanya revolusi dalam bidang pendidikan yaitu :
·
Revolusi
I: Pada saat orang tua menyerahkan tanggung jawab pendidikan anak-anaknya
kepada oran lain. Orang lain tersebut diserahi untuk melaksanakan pendidikan
anak-anaknya. Sebelumnya orang-orang melaksanakan pendidikan anak-anaknya
sendiri-sendiri atau mengajar anak-anak sendiri tidak memberikan kepada orang
lain, hampir semua keluarga mendidik anak-anaknya dalam keluarga sendiri.
Pendidikan yang dilakukan secara individual.
·
Revoluasi II
: Ada suatu lembaga guru, jadi pada tahapan ini ada lembaga pendidikan
formal. Tidak seperti sebelumnya belum ada lembaga resmi yang ada sehingga
pendidikan dilaksakan orang per orang. Dalam lembaga ada aturan-aturan yang
diberlakukan, contohnya untuk masuk SR usianya 6 tahun dan lain-lain. Dalam
revoluasi ini guru dianggap sangat penting segala sesuatu dianggap diketahui
oleh guru, dan guru dipandang memiliki pengetahuan yang lebih dari orang lain.
Sehingga lembaga ini memiliki kedudukan yang tinggi di masyarakat.
·
Revolusi
III : Disebabkan oleh ditemukannya mesin cetak, cetak secara manual
dilakukan oleh Cina, dan cetak dengan menggunakan mesin cetak dilakukan oleh
Eropa (Prancis). Dengan mesin cetak maka pengetahuan tidak hanya diperoleh dari
guru tetapi dapat diperoleh dari hasil cetakan seperti: buku, majalah, koran
dan lain-lain. Pada revolusi ke-3 ini peran guru sudah mengalami pengurangan.
Revolusi ke-3 sampai dengan saat ini masih terjadi
·
Revolusi
IV : Disebabkan oleh berkembangnya bidang elektronik sepeti telpon, tv,
komputer, internet dimana guru tidak dapat lagi untuk mengontrolnya. Atau
minimal peran guru berkurang, dan guru tidak dapat mengklaim dirinya sebagai.
Teknologi pendidikan telah berkembang sebagai suatu
disiplin keilmuan yang berdiri sendiri. Perkembangan tersebut dilandasi oleh
serangkaian kaidah atau dasar yang dijadikan patokan pembenaran. Secara
falsafi, dasar keilmuan itu meliputi : ontologi atau rumusan tentang obyek
formal atau pokok telaah yang merupakan gejala pengamatan yang tidak tergarap
oleh bidang telaah lain; epistemologi yaitu usaha atau prinsip intelektual
untuk memperoleh kebenaran dalam pokok telaah yang ditentukan; dan aksiologi
atau nilai-nilai yang menentukan kegunaan dari pokok telaah yang ditentukan,
yang mempersoalkan nilai moral atau etika dan nilai seni dan keindahan atau
estetika.
Menurut
persepsi saya, sangat memungkinkan akan munculnya revolusi kelima , yaitu
revolusi yang berkaitan dengan teknologi, komunikasi dan informasi, salah satu
contohnya adalah internet. Internet saat ini menjadi salah satu kebutuhan
penting dalam dunia pendidikan. Internet dapat menggantikan posisi guru, dapat
sebagai sumber belajar dan lain-lain unsur dalam pendidikan. Bahkan Internet
memiliki kelebihan yaitu tak terbatas jarak dan waktu.
3. Dalam teknologi pendidikan/teknologi pembelajaran
menurut seattler yang mengacu pada pendapat thorndike, ada beberapa prinsip
pembelajaran (1) aktivitas diri, (2) minat/motivasi (3) kesiapan mental (4) individualisasi
& (5) sosialisasi. Bagaimana pendapat anda tentang penerapannya dengan
menghadirkan produk teknologi dalam pembelajaran bagi peserta didik? (skor
maksimal 30)
Jawab :
Saettler
(1968,h.10-14) berpendapat bahwa awal mula penggarapan masalah belajar adalah
kaum Sufi pada sekitar abad 600 SM. Mereka merupakan penjaja ilmu pengetahuan
yang mengajarkan ilmunya kepada para peserta-didik dengan berbagai cara,
seperti misalnya dengan cara dialektik, dialogik, ceramah, dan penggunaan
bahasa tubuh (body language) seperti gerakan wajah, gerakan tangan dsb., dengan
maksud agar menarik perhatian dan agar ilmunya dapat ditransfer dengan baik.
Istilah
pembelajaran lebih menggambarkan usaha guru untuk membuat belajar para
siswanya. Kegiatan pembelajaran tidak akan berarti jika tidak menghasilkan
kegiatan belajar pada para siswanya. Kegiatan belajar hanya bisa berhasil jika
si belajar secara aktif mengalami sendiri proses belajar. Seorang siswa belum
dapat dikatakan telah belajar hanya karena ia sedang berada dalam satu ruangan
dengan guru yang sedang mengajar. Ada satu syarat mutlak yang harus dipenuhi
agar terjadi kegiatan belajar. Syarat itu adalah adanya interaksi antara
pebelajar (learner) dengan sumber belajar. Jadi, belajar hanya terjadi jika dan
hanya jika terjadi interaksi antara pebelajar dengan sumber belajar. Tanpa
terpenuhi syarat itu, mustahil kegiatan belajar akan terjadi. Untuk menerapkan
prinsip tersebut dengan menghadirkan produk teknologi dalam pembelajaran bagi
peserta didik yang pertama kali dilakukan adalah menjelaskan tujuan dari
teknologi yang digunakan tersebut kepada peserta didik serta manfaat dari
teknologi tersebut didalam pembelajaran yang berlangsung.
Dengan memberikan aktivitas kepada siswa baik itu
secara berkelompok maupun individual, siswa diharapkan aktif dalam memanfaatkan
teknologi yang telah ada. Sehingga tercipta suatu persaingan antara siswa yang
satu dengan yang lain. Guru hadir sebagai pemandu dan pemegang kontrol jalannya
pembelajaran di dalam kelas. Kemudian guru memotivasi siswa dengan memberikan
reward kepada siswa yang memiliki prestasi yang baik dalam pemanfaatan
teknologi tersebut. Guru juga bisa mempersiapkan jalannya pembelajaran di dalam
kelas dengan menugaskan kepada siswa untuk mengaktualisasi diri dengan
menggunakan bantuan teknologi yang ada terhadap topik pembelajaran tertentu dan
guru bisa menerapkan kepada siswa dengan siswa yang memaparkan hasil,
menjelaskan, memanfaatkan teknologi yang ada. Dimana semua proses yang
berlangsung kesemuanya hanya untuk mencapai tujuan dari pembelajaran. Sehingga
dapat dilakukan penilaian serta evaluasi.
4.
Suatu statement diungkapkan bahwa “makin sering
diulang respons yang berasal dari stimulus tertentu, makin besar kemungkinan
dicamkan “ hal ini merupakan prinsif dasar pembelajaran berbasis teknologi
pendidikan. Bagaimana pendapat anda ? (skor maksimal 20)
Jawab :
Saya
sependapat dengan kutipan diatas bahwa makin sering diulang respons yang
berasal dari stimulus tertentu, maka makin besar kemungkinan dicamkan. Yang
menjadi tantangan di sini adalah bagaimana caranya agar siswa tidak hanya
sekedar mendapatkan teori tentang teknologi informasi dan komunikasi khususnya
di dalam pemakaian komputer tetapi mampu mengoperasikan, mengelola,
memanfaatkan, menggunakan, mencetak dokumen dengan menggunakan yang namanya
printer. Pengalaman saya dahulu sebagai siswa ketika diberikan stimulus oleh
guru dalam hal ini guru melatih kami sebagai peserta didik dengan mengenalkan
produk teknologi yang namanya mouse, keyboard, monitor, printer, kemudian
memberikan sebuah tugas mengetik satu sampai mengetik dua paragraph, lama
kelamaan saya terbiasa dalam mengoperasikan, mengelola dan memanfaatkan yang
namanya komputer. Dan sebagai hasil akhir diberikan test secara praktek maupun
tertulis dari yang sudah diajarkan guru. Alhasil hasil yang semula rendah
menjadi sedikit meningkat. Hal yang sama kemudian saya dapatkan pada tahun
kedua (semester genap) latihan mengenai teknologi pun meningkat. Kami sebagai
siswa mulai merasa butuh akan kehadiran sesuatu hal yang baru dalam hal ini
pemanfaatan komputer di dalam pembelajaran. Dan makin meningkatkan hasil
evaluasi mereka pada akhir semester genap pertama.
Tidak
hanya itu untuk mata pelajaran lain, misalnya ilmu IPA latihan soal adalah hal mutlak
yang harus sering dilakukan siswa untuk memahami pelajaran. Agar siswa terbiasa
untuk melakukan latihan soal dengan mandiri, maka setiap akhir pemberian materi
pelajaran, guru mestinya mewajibkan siswa untuk mencari soal yang berkaitan
dengan materi pelajaran untuk dibahas dan didiskusikan bersama, setiap siswa
minimal mencari 3 soal berbeda dengan mencantumkan sumber buku atau link dari
soal tersebut. Setelah kegiatan tersebut sering dilakukan, maka siswa terbiasa
untuk mencari buku referensi sebagai sumber belajar.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar